­

angan tak terucap

08.45 / BY Melan Oktavia
Bersama angin semua angan terbang melayang. Hembusannya semilir namun menghilangkan. Jika habis semua anganku, untuk apa lagi aku dibukit seindah ini? Jangan lagi kau bawa pergi anganku. Jangan lagi kau hilangkan perlahan. Tak usah berjanji apa-apa. Aku hanya ingin lihat yang kau lakukan. Jika aku salah dengan semua anganku, akan ku pilih lagi angan yang akan akan ku angankan. Tapi jangan lagi di bawa angin. Nanti angin bisa katakan pada semua orang tentang anganku yang...

Continue Reading

Dua Puluh Dua

08.27 / BY Melan Oktavia
Dua puluh dua, kemarin. Bertambah dewasa sudah harus. Bertambah berat badan sudah pasti jangan. Hawa hangat terasa kedalam sukma kala kedua pipi dan kening ini dikecup dengan basuhan do’a dari wanita tersayang dan paling tercinta. Sedetik kemudian air menetes sedikit dari sudut mata yang tidak bulat tidak pula sipit ini. Seakan darah mengalir deras tapi tetap terasa hangat. Selesai pelukan itu, kami sama-sama mengusap ujung mata kami. Kami memang melankolis. Untaian do’a dan harapan terus...

Continue Reading