Normal 0 false false false EN-AU X-NONE X-NONE Continue Reading
Normal 0 false false false EN-AU X-NONE X-NONE Continue Reading
Mau kasih kartu ucapan yang berbeda ketika si dia atau sahabat sedang ulang tahun? Bisa aja kok. Mau bikin kartu ucapannya dengan hasil karya tangan sendiri? Mudah kok. Mau bikin kartu ucapannya jangan yang biasa-biasa aja? Bisa banget kok. Semuanya bisa-bisa aja loh, Asalkan niat untuk melakukannya ya *kasih emot melet* Kali ini, saya akan membuat pop up kartu ucapan ulang tahun. Bahan-bahan yang digunakan tidak banyak dan pembuatannya pun mudah. Pasti setiap orang bisa...
“kenapa sih ya kalo pertama kenalan sama orang pasti yang ditanya asalnya dari mana, asli mana, orangtuanya darimana? Selalu aja gitu”“yakan pasti yang ditanya bibit, bobot, bebet bukan bebet, bobot, bibit mas, bibit kan asal usul kita dari mana, bobot itu kan dari diri kita sendiri, bebet tuh apa ya?”“oh gitu toh, iya juga sih de, bebet apa ya?”“soto bebet? Ah jadi laper” *jadi salah fokus*
Ketika pertama kali bertemu atau berkenalan dengan orang tua pacar atau calon pendamping hidup pasti yang pertama kali ditanyakan adalah “asalnya darimana mbak/mas? “ atau “ibu dan bapak asli mana mbak/mas?“. Apalagi kalau ternyata si pacar adalah orang jawa, pasti gak akan kelewatan pertanyaan kayak gitu.
Kenapa sih emangnya sama orang
jawa? Apalagi kalau yang pacaran sama orang jawa, “kenapa sih bapak ibu kamu nanyainnya asal usul orang tua ku? Kan yang
pacaran kita? “- bales aja dengan “emang
mau pacaran aja? Gak mau punya tujuan” karena dengan begitu setiap pasangan
akan berpikir lagi apa Cuma main-main atau serius. Apalagi kalau cowok, bukti
keseriusan juga tuh.
Berkenaan dengan pasangan hidup,
orang Jawa sangat berhati-hati – meski tidak terlalu selektif – dalam mencari
siapa yang akan bersanding sebagai garwo (sigare nyowo) ing geghayu bahteraning
orep (dalam mengarungi bahtera kehidupan) dalam kesetiaan sampai kiki nini
koyo’ mimi lan mintuna.
Bibit, bobot, bebet menjadi satu usaha untuk memfilter berbagai
kemungkinan yang buruk dalam memilih calon menantu. Ada banyak pilihan di dunia
ini, setiap orang memiliki hak untuk memilih dan menentukan hidupnya, termasuk
memilih calon anggota keluarga.
http://orig02.deviantart.net/2880/f/2012/230/d/a/busana_pengantin_adat_jawa_by_karenivaa-d5bioxt.jpg
Yuk, cari tau arti “bibit, bebet, bobot” yang sering kita
denger.
Bibit dalam bahasa jawa bisa diartikan sebagai benih atau asal-usul
keturunan. Dalam memilih calon menantu biasanya orang tua akan melihat latar
belakang keluarga orang yang dipilihnya, siapa orang tuanya, apa profesinya,
dan bagaimana perilakunya di masyarakat. Tidak dapat dipungkiri, orang tua akan
merasa lebih bangga jika anaknya dapat dipersunting oleh keluarga yang
baik-baik, terhormat, dan “orang penting” di daerahnya. Meski hal ini bukan
ukuran yang mutlak namun masih banyak dilakukan oleh para orang tua hingga
kini. (sumber: http://kesolo.com/bibit-bebet-bobot-pertimbangan-memilih-menantu/)
Istilah bobot secara harfiah berarti “berat” dan dapat dimaknai sebagai
tinggi-rendahnya kualitas diri seseorang. Kualitas disini terkait erat dengan
kualitas lahir-batin seseorang yang akan dijadikan sebagai pendamping hidup
putra-putrinya. Dengan kriteria ini, biasanya orang tua akan melihat kualitas
fisik seseorang (Jangkeping Warni), kualitas keimanan dan hati yang baik
(Rahayu ing Mana), sopan santun dalam berperilku (mengerti tata krama) dan
memiliki kecakapan hidup (wasis). (sumber: http://kesolo.com/bibit-bebet-bobot-pertimbangan-memilih-menantu/)
Bebet dapat dimaknai sebagai status ekonomi seseorang. Status ini
manjadi salah satu pertimbangan para orang tua karena dalam kehidupan rumah
tangga ekonomi menjadi kebutuhan dasar manusia. Dengan status ekonomi yang
mapan biasanya anak yang akan dinikahkan juga akan senang dan orang tua menjadi
tenang. (sumber: http://kesolo.com/bibit-bebet-bobot-pertimbangan-memilih-menantu/)
Selain dimaknai dengan status
ekonomi, Bebet merupakan status
sosial (harkat, martabat, prestige). Filosofi Jawa memposisikannya dalam urutan
ketiga. Bebet ini memang penting tapi tidak terlalu penting. Dalam filosofi
Jawa mengatakan, “Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman”,
(Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh
kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi). Tetapi, apa salahnya kalau status
sosial sesorang juga menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan calon menantu.
Karena tidak bisa dipungkiri bahwa status sosial juga merupakan kebutuhan dasar
manusia. (sumber: http://beritanuansa.wordpress.com/2013/10/24/memahami-kriteria-bobot-bibit-bebet-dalam-mencari-jodoh/)
Jadi, gak usah heran dan
bertanya-tanya, kenapa selalu mendapat pertanyaan seperti itu ketika berkenalan
dengan keluarga jawa. semoga sharing ini dapat bermanfaat.
Salam manis