“Hati yang
rusak memang mencintai kenangan, walau sadar didalamnya banyak luka dan
kekecewaan yang tak pernah sembuh”- Kata Hati @benzbara_
Aku sangat
sadar. Sadar sekali bahwa hati ini memang sudah tak sanggup lagi membahagiakan
hidupnya. Sadar sekali bahwa tangan ini sudah tak mampu lagi menggenggamnya.
Sadar sekali bahwa namaku sudah sama sekali tak terlintas dipikirannya dan
sudah bukan rahasia lagi kalau hatinya sudah bersih dari kenangan antara kami
berdua. Dan sudah tak ada lagi cerita antara “kita”. Sekeras apapun aku
berusaha mendapatkanmu kembali, secepat itu pula dia berusaha pergi jauh dan
tak memperdulikan apapun tentang “kita” yang tersisa meski tersisa hanya
untukku. Bahkan, dia tak sama sekali memberi kesempatan untuk membuktikan apa
yang ingin aku tunjukkan. Kalau ada orang terjahat didunia, harusnya namanya
yang ku sebutkan. Tapi entahlah, mungkin tempat yang dia tinggalkan dan masih
berantakan ini pun tak kan lagi diperdulikannya. Karena memang ini sudah menjadi
urusanku sendiri. Aku yang terlalu berlebihan membiarkan ruangan ini semakin
berantakan. Dan akhirnya, aku terlalu repot untuk mengatasinya sendirian. Sudah
setengah tertata rapi, kemudian berantakan lagi layaknya kapal pecah. Iya, aku
lagi yang buat itu berantakan. Tak ada yang perlu dipersalahkan untuk hal ini,
karena memang aku yang selalu berlebihan dan tak sungguh-sungguh untuk
membereskannya.
“kalau satu
menit saja aku bisa langsung mencintaimu, mengapa dengan satu detik saja aku
tak mampu melupakanmu?”
Sampai pada
suatu ketika, datang seseorang yang menawarkan jasanya untuk membersihkan
ruangan ini yang masih saja kubiarkan berantakan setelah saat itu ku coba membereskannya
sendiri dan ternyata gagal. Tapi tak pernah berlangsung lama, mereka yang
menawarkan jasanya itu malah kewalahan sendiri dan menyerah kemudian. Dan
sepertinya aku yang jahat dan tak pernah membiarkan mereka membereskannya tapi
malah membuat mereka bosan karena saat membersihkannya pun aku masih saja
mengingat hal terkecil yang terkesan aku tak pernah mau dibantu membereskan
ruangan itu.
Dan
akhirnya, aku kembali lagi bersama kenangan dan masa lalu itu. Sendiri terdiam
dan tak lagi berniat untuk membereskannya. Membiarkan waktu terbuang sia-sia.
Tak menghiraukan debu yang semakin lama semakin menebal. Aku mulai lagi terbuai
dengan segala fantasi masa lalu ku bersamanya yang sebenarnya tak banyak
dibandingkan dengan sakit yang ditinggalkannya. Aku mulai lagi menyayanginya
disudut gelap. Aku mulai lagi menikmati keindahannya dari ruang berantakan ini.
Tapi sekali lagi, aku menangis dan dengan sendirinya membereskan tempat ini
dengan sisa rasa percaya, dia takkan pernah kembali dan takkan pernah mau
membantuku membereskan ruang yang lama ditinggalkannya. Sedikit lebih rapi
meski hanya dihilangkan debunya.
“ketika ia
pergi sambil mengucapkan, terimakasih dan selamat tinggal. Itu artinya, tidak
akan ada lagi kita”
Kali ini seseorang
datang lagi menawarkan ketulusannya. Ku kira ini akan sama seperti yang lalu.
Seketika menyerah dan berlalu begitu saja. Tapi entah mengapa lagi, aku ingin dia
tetap bertahan tanpa keraguan, maka tak ku biarkan dia melihat ruangan
berantakan yang tak sempat ku bereskan. Ku tutup ruangan itu tak adapun yang
tau. Ku tempatkan dia bukan ditempatku yang berantakan. Kuberikan dia ditempat
baru. Tempat yang masih kosong, yang terserah sesuka tingkahnya mau dia apakan.
Tapi seiring waktu berlalu, dia tahu semuanya tanpa ku tahu sebanyak apa dia tahu
dan menemukan ruangan berantakan itu. Aku lebih senang, kalau dia mengetahui
semuanya lewat aku. Aku jahat lagi ya? Iya. Aku jahat. Maaf ya.
Aku kira dia
akan menyerah setelah tahu itu. Tapi aku tak tahu dia menyerah atau tidak. Dia sempat
merubah posisi ku dihatinya. Menjelaskan sebenarnya hubungan apa yang kita
jalani. Dan sebenarnya, aku kecewa. Aku kecewa karena dari awal aku yakin dia
tak seperti yang lain. Tapi dengan semua yang dia isyaratkan, sepertinya dia
memang menyerah dan aku tak punya daya untuk menahannya. Dia pergi. Menghilang.
Aku yang tak menahannya.
Tapi kemudian
dia kembali lagi. Entah menempatkan ku ketempat yang dahulu sebelum dia
mengetahui ruangan berantakan dihatiku atau ini hanya tipu dayanya untuk
tiba-tiba menghilang. Tapi yang harus dia tahu, dia masih diruangannya yang
dulu. Dan aku, juga masih berusaha membersihkan ruangan sebelah yang berantakan
itu. Sendirian untuk kali ini. Dan untuk yang terakhir itu, jangan sampai dia
tau. Bukan plin-plan, tapi nanti, dia terlalu repot untuk membantuku
membersihkannya.
“Akan selalu
ada salah satu dari tujuh warna pelangi yang menjadi favouritemu, meski dengan
tujuh warna lebih indah”.