Sore itu, sesaat matahari mulai berubah warna menjadi
orange beraroma kopi susu terfavorite, kita duduk berdampingan sambil saling
menikmati keindahan senja itu di halaman rumah. Duduk di pendopo depan rumah,
kita berbincang, tertawa dan sesekali termenung. Seperti biasa, kita ceritakan
tentang hari-hari lalu yang kita lalui, dan tak sedikit pula kita sama-sama
tersenyum membericakan masa depan. Senangnya aku saat bisa menceritakan
hari-hari sulit dan hal yang mudah yang dapat ku lalui tanpa dampingannya. Tersenyum
aku saat mendengar semua ceritanya yang jarang sekali ku dengar keluhan dari
mulutnya. Akulah yang manja yang biasanya banyak mengeluh padanya. Ia ceritakan
masa kecilnya, masa-masa alay-nya dan
masa-masa terlabil-nya. Sesekali aku
menertawakan ceritanya yang sambil ia peragakan seperti sedang melawak. Sama. Ia
pun tak jarang menertawakan hal bodoh yang ku lakukan untuk melalui hari yang
ku anggap sangat sulit ku lakukan sendirian.
Aku panggil ia Arjuna.
Ia bukan sosok tampan, tinggi dan putih di cerita
mahabarata. Ia pun juga bukan orang yang khas membawa busur panah kemanapun ia
pergi. Tapi tak perlu ia tampan dalam wajah, cukup baik budi pekertinya. Ia tak
perlu juga ahli dalam menggunakan busur panah, tapi ahli lah menjadi orang yang
lebih baik setiap harinya.
Arjuna,
Tumbuhlah setiap harinya dengan perangai yang baik. Meskipun
saat ini mungkin memang aku tak bisa melihatmu setiap harinya, tapi do’a ku
untukmu setiap waktu. Jadilah orang yang terus membanggakan orang-orang yang
menyayangimu.
Semakin hari, hidup pasti memiliki arti yang sangat
bermakna. Kita tak mungkin setiap sore menikmati kopi seperti ini. Akan selalu
ada suasana baru yang akan kita lalui. Tapi ku harap itu masih bersamamu.
Kita masih akan selalu bersama-sama bercerita, tertawa
bersama, termenung bersama, mengkhayal bersama dan mungkin sampai nanti jika
aku harus menangis tak mampu menahan liarnya kehidupan ini, aku hanya berharap
kau takkan melihat tetesan air yang sedikit jatuh membasahi ujung mataku. meskipun
semuanya pasti di suasana yang berbeda. Mungkin bukan lagi di halaman rumah
seperti ini. Mungkin saja kita akan menikmati kopi di senja pegunungan, atau
pagi hari dipinggir pantai dengan alunan ombak. Apa saja tapi ku harap masih
bersamamu, Arjuna.
“jika memang menjadi superhero begitu mustahil, cukuplah menjadi pendengar yang baik untuknya.”