Pagi ini cerah sekali. Tak seperti biasanya, udara segar dan
matahari menampakkan kegagahannya. Sejak kemarin, aku ingin pergi keluar rumah.
Tapi ayah ibu bilang tidak boleh keluar rumah. Padahal sudah kukatakan udara
sedang bagus-bagusnya, matahari sangat hangat, bunga bermekaran.
Tetap saja aku tidak boleh keluar. Ayah bilang, saat ini sedang terjadi bahaya
diluar sana. Ibu bilang udara sejuk yang ku lihat dari dalam ini tak sesejuk
saat kita keluar rumah.Tetap aku ingin main. Terbang kesana-kemari di atas
bunga-bunga, menghisap sari-sari bunga dan melihat orang-orang bernyanyi.
Malam hari, aku berniat membuka pintu dan terbang keluar. Ayah dan ibu sudah
terlelap pulas. Saatnya aku keluar. Kubuka kunci pintu depan, ternyata terlalu
berisik. Ayah terbangun dan mulai menghela nafasnya. ku pikir akan dimarahi
habis-habisan. ternyata ayah menyuruhku kembali tidur, ibu menemani sambil ku
terisak menangis. Aku ingin main, bu. Ibu mengelus kepalaku.
Pagi harinya, ku lihat lagi ke arah luar jendela. Udara segar dan matahari
bersinar. Bungapun tumbuh bermekaran. Ayah memanggilku, menyuruhku melihat
kearah sisi jendela yang lain.
"Kau lihat, nak?"
Aku terkejut melihat isi luar jendela yang penuh dengan udara hitam, bunga
layu, tak ada sinar matahari.
Ayah bilang, jika kita tidak didalam rumah untuk sementara waktu, udara hitam
ini akan menutupi seluruh kota. Sabar, Tunggu sebentar lagi, tidak akan
lama kita bisa bermain di kebun bunga, menari diatas bunga yang bermekaran,
merasakan hangat mentari, menghirup udara segar.
Sekarang, dirumah aja ya.