Dengar, lihat dan rasakan

by - 01.51


Kadang apa yang kita dengar tidak seperti apa yang kita lihat. Kadang apa yang kita lihat kadang tak seharusnya kita dengar. Dengarlah dan lihatlah, kemudian rasakan. Dengar apa yang diucapkan, dan aku cukup diam saja. Lihat saja apa yang dilakukan, dan aku cukup memperhatikan. Dengar, lihat dan rasakan.

Sudah berulang kali kata itu terucap. Tak pernah ada kata selain kata itu. Berulang kali dan mungkin sudah ratusan kali bahkan ribuan kali. Ribuan kali pula aku merasakannya. Dengar. Ucapan yang selalu terucap tak pernah tak membuat tetesan air hujan jatuh. Dengar saja. Dengar lagi apa yang terus diucapkannya. Dengar semua kata yang selalu meluluhkan tebing karang dihati. Dengar semua kata sampai kemarau datang. Maaf.

Berulang kali pula mata ini melihat. Melihat bayangan yang semakin menjauh. Bayangan yang terus menerus berlari tanpa arah kemudian hilang. Hilang. Lenyap. Tak terlihat. Lihat saja sekarang. Lihat sebelum kesempatan mu habis. Lihat saja apa yang kau lihat. Lihat sama atau tidak dengan apa yang kau dengar. Jika sama atau tidak, maka rasakan. Rasakan apa yang kau lihat dan kau dengar.

Sudah bosan mendengar semua kata yang sama. Terlalu jenuh melihat drama yang sama. Mati rasa, mungkin. Kalau kau tak mau mendengarkannya lagi, artinya kau buang kesempatan yang ada. Padahal angin saja tak bosan-bosannya untuk terus berhembus disekitarnya saat ia terus mengucap kata itu. Kenapa kau bosan? Bila kau bosan, tampar saja pipinya dan dia akan diam. Bila dia tak juga diam, artinya dialah yang buang kesempatannya untukmu. Kemudian rasakanlah, dan kau akan melangkah pergi untuk meninggalkan manusia cerewet itu. Kalau kau tak mau lagi melihat tingkah lakunya yang sama, artinya kau juga buang kesempatan untuk melihat perubahannya. Padahal udara saja tak pernah jenuh untuk terus memberinya asupan oksigen. Kenapa kau jenuh? Bila kau jenuh, patahkan saja kaki dan tangannya dan kau akan lihat adegan yang berbeda. Bila dia tak juga melakukan peran yang berbeda, artinya dia memang telah membuatmu berada pada jenuh akut. Untuk sekali lagi, patahkan hatiku atau patahkan kaki dan tanganku saja. Biar kita sama-sama tidak bosan dan jenuh. Biar kita sama-sama menuju arah angin yang tepat. Yah, aku kira kita berjalan kearah mata angin yang salah. Sehingga kita saling tampar menampar dan patah mematahkan. Dan kau tau? Sesuatu yang sudah dipatahkan itu bisa disambung kembali tapi tidak sempurna. Dan aku tak mau kita saling mematahkan dan menampar. Aku tau arti diammu, apa kau tau arti diamku? Rasakan saja, sayang.

Rasakan saja apa yang kau lihat dan kau dengarkan. Karena hati tak pernah berbohong. Karena hati tau mana arah mata angin yang benar untuk kita. Karena hati tau mana jalan yang benar untuk kita lalui. Karena hati akan menunjukkan yang benar. Dan rasakan hatimu. Rasakan hatimu berkata apa. Rasakan saja, sayang.

You May Also Like

0 komentar