lihat aku atau biarkan ku mati membusuk

by - 10.28


Seandainya semua kata yang bisa terucap dihadapanmu bisa semua ku ungkapkan. Tapi tidak untuk harga diriku kali ini. Sudah cukup lama aku memaksakan kehendak yang tidak seharusnya. Aku disini hanya menjalani apa yang harusnya terjalani. Tanpa memaksakan semuanya berjalan dengan apa yang aku inginkan. Aku memang dilahirkan dan dibesarkan dengan kasih sayang yang berlebihan hingga aku dewasa ini menjadi anak manja yang apapun keinginannya selalu ingin dipenuhi. Dulu saat aku masih berumur 6 tahun, aku masih ingat sekali ketika aku sangat menginginkan boneka cantik sebagai koleksi dikamarku, aku merengek-rengek memelas kepada ayah dan ibu untuk segera membelikan boneka itu sebelum kehabisan ditoko, dan saat itu pula ayah langsung membawakan pulang boneka yang aku inginkan kerumah. Dulu juga saat aku berumur 12 tahun, aku mengingankan tas lucu untuk aku sekolah, sama halnya seperti waktu aku mengingankan sebuah boneka lucu ditoko mainan saat itu, harga tas itu tak semurah yang aku bayangankan, uangku tak cukup membelinya dan aku kembali merengek kepada ayah dan ibu untuk dibelikan tas itu, seketika pula ibu membelikanku tas yang aku inginkan. Dan dulu saat aku berumur 16 tahun, aku menginkan baju bagus untuk aku gunakan saat pergi bersama teman-temanku, dan seperti biasanya, ayah dan ibu selalu menuruti apa yang aku inginkan.

Sampai tiba saatnya, ketika aku harus menyadari bahwa tidak semua yang aku inginkan bisa terwujud, aku mulai menangis terisak, ketika ayah dan ibu atau siapapun tak mampu membawakannya didepanku. Kau pasti tau itu apa. Iya, cintanya. Cintanya untukku yang dulu masih ada, masih ada dan hanya untukku. Sayangnya yang dulu mampu menaklukan semua egoku, memberikanku kekuatan untuk aku bertahan dan bersabar, dan cintanya yang selalu mengajarkanku arti sebuah kekuatan. Aku ingin itu kembali! Sungguh! Tapi itu tak semudah mendapatkan boneka, tas dan baju berharga sekalipun. Ketika aku tak mampu mendapatkan boneka, aku bisa saja menangis seharian kemudian esoknya boneka itu sudah ada dikamarku. Ketika aku tak mampu membeli tas yang aku inginkan, aku bisa saja tidak makan seharian, kemudian esoknya tas itu sudah bisa aku pakai untuk aku pamerkan kepada teman-temanku. Dan ketika aku menginginkan baju mewah dan mahal, aku bisa saja bersabar, mengumpulkan uang, dan kemudian baju itu sudah bisa ku pakai. Berbeda dengan ini. Aku sudah menangis berbulan-bulan, aku pernah mencoba untuk tidak tidur beberapa hari, aku terus mencoba menyiksa diriku sendiri, aku juga mencoba bersabar, aku masih mencoba untuk tidak menghiraukan harga diriku sekalipun sampai hatinya kembali lagi hanya untukku. Aku mencoba segala cara dengan daya dan kekuatan yang masih tersisa. Tapi apa? 

Tidak sekalipun dia menoleh ke arahku.  Dia terus berjalan meninggalkan ku disudut hampa ini sendirian tanpa meninggalkan apapun. Bayangannya semakin menjauh. Aku mencoba mengejar. Ku gapai bayangannya sebentar. Aku senang. Fikirku, aku akan menggenggam kembali tangan hangatnya dulu, kemudian aku akan kembali dirangkulnya dengan penuh kasih sayang.  Kau tahu betapa senangnya aku? Aku meloncat kegirangan. Meloncat hingga aku terjatuh dan merasakan sakit.  Tapi aku merasa aneh dengan rasa sakit ini, aku tak merasakan sakit berlebihan tapi aku mengeluarkan air mata dan terisak. Bayangannya menjauh, ku kejar lagi dengan lutut yang berdarah.  Kembali kudapati bayangannya, aku kembali meloncat kegirangan dan jatuh kelubang. Lagi-lagi aku tak merasakan sakit tapi aku terisak kembali. Bayangannya menjauh dan aku mulai panik dan mengejarnya kembali. Bayangannya semakin menjauh dan aku tak mampu mengejarnya dengan luka yang cukup berat. Dadaku semakin sesak. Tangisanku mengeras. Aku kembali terisak dengan mata bengkak saat ini. Namun langkahku terus mengikuti jejak yang ia tinggalkan, masih tersisa harapan bahwa aku akan menemukan bayangannya kembali. Tertatih aku menyusuri jalanan itu, entah apa yang aku lakukan, aku meninggalkan semua yang harusnya aku bawa. Aku kembali terisak.

Bayanganmu semakin tak terlihat. Jejakmu terhapus seketika. Tapi siluet tubuhmu terlihat dari kejauhan. Aku menjerit keras kemudian dadaku sesak. Habis sudah air mataku untuk menangisimu. Tak mampu lagi aku menahan sesak ini. Aku butuh sesorang untuk mengobati lukaku. Aku butuh tempat bersandar untuk menaruh segala peluhku. Tapi disini tak ada seorangpun. Hanya ada aku dan siluet tubuhmu bersama sosok wanita yang saat ini kau rangkul dengan mesra. Aku tak sanggup melihatnya. Benar-benar tak sanggup. Aku tak kuat. Seketika pula, aroma tubuhmu tercium olehku dan membuat dadaku sesak. Entah apa yang aku lakukan. Aku kembali mengikuti  jejak tapak kakimu yang tertinggal. Aku memang bodoh, harusnya aku tak lagi mengikutimu. Aku tak lagi mengharapkan kau melepaskan sosok yang saat ini aku lihat sedang kau rangkul mesra. Aku tak lagi mengharapkan sosok wanita itu ada dibelakangku.

Mungkin aku cukup pintar, saat aku jenuh mengikutimu tanpa pasti, aku mulai mendapati persimpangan. Aku berbelok tak mengikutimu. Aku mencoba itu. Tapi kau tahu? Itu hanya arah memutar. Dan aku kembali menemukan sosokmu dengan sosok wanita itu. Aku semakin sakit. Ku biarkan kau menjauh. Dan Aku membiarkan sosokku yang rapuh ini berdiam diri ditempat itu. Tempat hampa tanpa seorangpun yang terlihat. Ku biarkan lukaku mengering karena udara. Kubiarkan dahaga dan hausku menggerogoti tubuhku. Kubiarkan tubuhku diam lunglai ditempat itu. Aku lelah. Berhenti berharap, mungkin. Membiarkan semuanya menyakiti ragaku. Aku sudah kehabisan tenaga. Kekuatanku sudah tidak ada. lihat aku sekarang! atau biarkan aku mati ditempat itu!

You May Also Like

0 komentar