• Home
  • About
  • Blog
  • Food
  • Travel
  • Beauty
  • Hype
  • Drama-Korea
facebook twitter instagram linkedin

melanoktavia


“Hati yang rusak memang mencintai kenangan, walau sadar didalamnya banyak luka dan kekecewaan yang tak pernah sembuh”- Kata Hati @benzbara_

Aku sangat sadar. Sadar sekali bahwa hati ini memang sudah tak sanggup lagi membahagiakan hidupnya. Sadar sekali bahwa tangan ini sudah tak mampu lagi menggenggamnya. Sadar sekali bahwa namaku sudah sama sekali tak terlintas dipikirannya dan sudah bukan rahasia lagi kalau hatinya sudah bersih dari kenangan antara kami berdua. Dan sudah tak ada lagi cerita antara “kita”. Sekeras apapun aku berusaha mendapatkanmu kembali, secepat itu pula dia berusaha pergi jauh dan tak memperdulikan apapun tentang “kita” yang tersisa meski tersisa hanya untukku. Bahkan, dia tak sama sekali memberi kesempatan untuk membuktikan apa yang ingin aku tunjukkan. Kalau ada orang terjahat didunia, harusnya namanya yang ku sebutkan. Tapi entahlah, mungkin tempat yang dia tinggalkan dan masih berantakan ini pun tak kan lagi diperdulikannya. Karena memang ini sudah menjadi urusanku sendiri. Aku yang terlalu berlebihan membiarkan ruangan ini semakin berantakan. Dan akhirnya, aku terlalu repot untuk mengatasinya sendirian. Sudah setengah tertata rapi, kemudian berantakan lagi layaknya kapal pecah. Iya, aku lagi yang buat itu berantakan. Tak ada yang perlu dipersalahkan untuk hal ini, karena memang aku yang selalu berlebihan dan tak sungguh-sungguh untuk membereskannya.

“kalau satu menit saja aku bisa langsung mencintaimu, mengapa dengan satu detik saja aku tak mampu melupakanmu?”

Sampai pada suatu ketika, datang seseorang yang menawarkan jasanya untuk membersihkan ruangan ini yang masih saja kubiarkan berantakan setelah saat itu ku coba membereskannya sendiri dan ternyata gagal. Tapi tak pernah berlangsung lama, mereka yang menawarkan jasanya itu malah kewalahan sendiri dan menyerah kemudian. Dan sepertinya aku yang jahat dan tak pernah membiarkan mereka membereskannya tapi malah membuat mereka bosan karena saat membersihkannya pun aku masih saja mengingat hal terkecil yang terkesan aku tak pernah mau dibantu membereskan ruangan itu.

Dan akhirnya, aku kembali lagi bersama kenangan dan masa lalu itu. Sendiri terdiam dan tak lagi berniat untuk membereskannya. Membiarkan waktu terbuang sia-sia. Tak menghiraukan debu yang semakin lama semakin menebal. Aku mulai lagi terbuai dengan segala fantasi masa lalu ku bersamanya yang sebenarnya tak banyak dibandingkan dengan sakit yang ditinggalkannya. Aku mulai lagi menyayanginya disudut gelap. Aku mulai lagi menikmati keindahannya dari ruang berantakan ini. Tapi sekali lagi, aku menangis dan dengan sendirinya membereskan tempat ini dengan sisa rasa percaya, dia takkan pernah kembali dan takkan pernah mau membantuku membereskan ruang yang lama ditinggalkannya. Sedikit lebih rapi meski hanya dihilangkan debunya.

“ketika ia pergi sambil mengucapkan, terimakasih dan selamat tinggal. Itu artinya, tidak akan ada lagi kita”

Kali ini seseorang datang lagi menawarkan ketulusannya. Ku kira ini akan sama seperti yang lalu. Seketika menyerah dan berlalu begitu saja. Tapi entah mengapa lagi, aku ingin dia tetap bertahan tanpa keraguan, maka tak ku biarkan dia melihat ruangan berantakan yang tak sempat ku bereskan. Ku tutup ruangan itu tak adapun yang tau. Ku tempatkan dia bukan ditempatku yang berantakan. Kuberikan dia ditempat baru. Tempat yang masih kosong, yang terserah sesuka tingkahnya mau dia apakan. Tapi seiring waktu berlalu, dia tahu semuanya tanpa ku tahu sebanyak apa dia tahu dan menemukan ruangan berantakan itu. Aku lebih senang, kalau dia mengetahui semuanya lewat aku. Aku jahat lagi ya? Iya. Aku jahat. Maaf ya.
Aku kira dia akan menyerah setelah tahu itu. Tapi aku tak tahu dia menyerah atau tidak. Dia sempat merubah posisi ku dihatinya. Menjelaskan sebenarnya hubungan apa yang kita jalani. Dan sebenarnya, aku kecewa. Aku kecewa karena dari awal aku yakin dia tak seperti yang lain. Tapi dengan semua yang dia isyaratkan, sepertinya dia memang menyerah dan aku tak punya daya untuk menahannya. Dia pergi. Menghilang. Aku yang tak menahannya.

Tapi kemudian dia kembali lagi. Entah menempatkan ku ketempat yang dahulu sebelum dia mengetahui ruangan berantakan dihatiku atau ini hanya tipu dayanya untuk tiba-tiba menghilang. Tapi yang harus dia tahu, dia masih diruangannya yang dulu. Dan aku, juga masih berusaha membersihkan ruangan sebelah yang berantakan itu. Sendirian untuk kali ini. Dan untuk yang terakhir itu, jangan sampai dia tau. Bukan plin-plan, tapi nanti, dia terlalu repot untuk membantuku membersihkannya.

“Akan selalu ada salah satu dari tujuh warna pelangi yang menjadi favouritemu, meski dengan tujuh warna lebih indah”.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar



“hai, apakabar? Aku masih disini, menantikanmu”

Bisikku pada setiap hembusan angin yang tak kunjung lelah kulakoni tiap harinya ditempat yang sama dan waktu yang sama. Juga dengan hati yang sama. Kata yang akupun tak tahu memiliki arti atau tidak untukmu. Kata yang entah sampai atau tidak ditelinga indahmu. Kata yang entah akan utuh saat kau terima atau tidak. Tapi angin baik hati yang tak pernah lelah mendengar bisikku pasti menyampaikannya dengan sempurna. Sesempurna hati yang telah kau hancurkan dan kau hancurkan lagi, lalu utuh dengan sendirinya.

Jangan pernah sekalipun kau tanya, mengapa aku hanya berani berbisik indah pada angin! Karena terlau banyak alasan tak masuk akal yang akan aku berikan. Mulai dari tatap matanya yang tajam setajam elang yang memaksa natrium klorida pada kelenjar keringat ekrin tubuhku keluar dengan abnormal, aroma tubuhnya dan parfumnya juga merusak semua sel syaraf motorik dalam tubuhku juga senyumnya dan gelak tawanya pun mampu menghancurkan fungsi lapisan korteks dalam otak besar milikku. Tak masuk akal bukan? Jangan tertawa, ini memang sangat klise tapi untuk kata yang bernama cinta terkadang apapun yang tak masuk diakal pun akan seketika dimengerti hati.

Disini. Disudut hati yang sama. Menunggu hati yang tak kunjung tergapai nyata. Penantian yang tak tahu kapan berujungnya. Bersama bulan dan bintang saat malam tiba, berdansa dan bernyanyi bersama mereka. Bersama kupu-kupu, hembusan angin, ilalang, bunga-bunga indah dan terik matahari, berangan indah menggapai setiap sudut hatinya dan menyentuh setiap sudut cintanya. Bersama matahari indah dikala senja, menatap bayangan semunya yang akan hilang tak terlihat saat matahari berganti menjadi bulan. Tak pernah lagi sosoknya singgah disini menemaniku semenjak keputusannya untuk pergi dan takkan pernah kembali lagi ketempat ini. Tak mampu lagi tanganku ini menahannya hingga yang terlihat hanya siluet tubuhnya yang kemudian hilang terbawa jarak. Menangispun tak kunjung mampu membawamu kembali lagi. Dan mungkin Tuhan memang sudah tak mengijinkannya. Tapi Tuhan tak pernah mempertemukan lalu memisahkan 2 orang tanpa alasan dan sebab.

Dan sekarang, untuk siapa dan apa aku menantipun aku tak tahu. Bagaimana caranya pun aku berbisik pada angin untuk menyampaikan pesanku pun aku tak tahu. Kapan pesanku sampai atau apakah pesanku sudah terdengar pun aku tak tahu. Lelah pun menghantam semua sel-sel dalam tubuhku hingga aku tak mampu menopang lagi tubuhku sendiri. Terlalu kejam dan ironi untuk hati yang sudah tertata rapi kemudian dengan semena-menanya kau hancurkan dan kau tinggalkan begitu saja. Ini bukan menjadi alasan kau mengasihaniku, karena cinta yang tulus tak pernah sia-sia. Aku mencintaimu, dan kau meragukan setiap helai tumpukan kasih sayang yang ku berikan. Tak apa, karena ragu pun pasti pernah menyelimuti tiap hati seseorang.

Disini. Lagi. Disudut hati ini yang berbeda. Aku mulai berbisik lagi pada angin.

“Angin, tolong sampaikan padanya, aku masih disini lagi. Dengan hati yang berbeda. Dengan sosok yang siap untuk sama-sama berdansa dan bernyanyi bersama bulan bintang. Untuk sama-sama berangan tentang masa depan bersama kupu-kupu, hembusan angin, ilalang, bunga-bunga indah dan terik matahari. Untuk tetap bergandengan tangan saat senja datang. Sampaikan ini pula pada sosok disampingku ini. Sosok yang yakin dan tanpa keraguan. Terimakasih banyak.”



Website Bukune : (http://www.bukune.com/)
Fan Page Bukune : (http://www.facebook.com/bukunepenerbit)
Tumblr Bukune : (http://bukune.tumblr.com)




Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Ketika ribuan orang bahkan hampir semua orang mengganggap aku bodoh dan tak memiliki harga diri. Toh, mereka tak tau apa yang sesungguhnya aku rasakan. Ketika kebanyakan orang berlari meninggalkan masa lalu. Toh, mereka tak tau apa yang sesungguhnya berarti dimasa  laluku. Ketika semua orang membuka lembaran baru nersama orang yang berbeda. Toh, mereka tak tahu apa yang bisa membuatku bertahan untuk membuka lembaran baru dengan orang yang sama. Karena setiap orang pasti berbeda. Aku contohnya, si bodoh yang tak tau diri. Memang seharusnya aku sudah berlari jauh tak kembali tapi ketika aku berlari jauh sekali, akhirnya aku pun lelah sendiri dan kembali lagi ke tempat itu berharap dia menjemput ku kembali dengan membawakan sejuta kenyataan bukan hanya sebuah harapan semu. Seharusnya pula, aku beristirahat ditempat yang berbeda ketika aku lelah untuk berlari, tapi entah apa yang menahanku terus kembali ke tempat yang sama saat ia tinggalkan ku sendiri bersama serpihan kenangan yang masih ku tata rapi secara diam-diam tanpa ada yang tahu. Dan akhirnya semua orang pun tahu betapa menyedihkannya aku saat ini, dan sepertinya aku patut untuk dikasihani. Tapi entahlah, aku terlalu yakin saat ini. Entah pula yakin untuk terpuruk kembali atau yakin bangkit dengan sendirinya seperti yang lalu-lalu.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

About me



Holla, saya Melan. Kuli coding yang merangkap sebagai penulis diblog ini. Selain berbagi rasa, disini saya juga berbagi info-info menarik loh. Semoga bermanfaat buat temen-temen semuanya. Selamat membaca dan menikmati. Terima kasih, salam manis dan hangat ♥

Follow Us

  • facebook
  • twitter
  • Instagram

Categories

berbagimanisan foodhunter manisanmanis travelling

recent posts

Blog Archive

  • ►  2020 (1)
    • ►  Mei (1)
  • ►  2019 (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (8)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (3)
  • ►  2017 (8)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2016 (9)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2015 (7)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (3)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2014 (7)
    • ►  November (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2013 (6)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (3)
  • ▼  2012 (11)
    • ▼  Desember (3)
      • Pilihan
      • Berbisik pada Angin
      • dan lagi
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2011 (11)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2010 (3)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Juli (2)

View

Friends

FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by ThemeXpose