Berbisik pada Angin
“hai, apakabar? Aku masih disini, menantikanmu”
Bisikku pada setiap hembusan angin yang tak kunjung lelah
kulakoni tiap harinya ditempat yang sama dan waktu yang sama. Juga dengan hati
yang sama. Kata yang akupun tak tahu memiliki arti atau tidak untukmu. Kata
yang entah sampai atau tidak ditelinga indahmu. Kata yang entah akan utuh saat
kau terima atau tidak. Tapi angin baik hati yang tak pernah lelah mendengar
bisikku pasti menyampaikannya dengan sempurna. Sesempurna hati yang telah kau
hancurkan dan kau hancurkan lagi, lalu utuh dengan sendirinya.
Jangan pernah sekalipun kau tanya, mengapa aku hanya berani
berbisik indah pada angin! Karena terlau banyak alasan tak masuk akal yang akan
aku berikan. Mulai dari tatap matanya yang tajam setajam elang yang memaksa natrium
klorida pada kelenjar keringat ekrin tubuhku keluar dengan abnormal, aroma
tubuhnya dan parfumnya juga merusak semua sel syaraf motorik dalam tubuhku juga
senyumnya dan gelak tawanya pun mampu menghancurkan fungsi lapisan korteks
dalam otak besar milikku. Tak masuk akal bukan? Jangan tertawa, ini memang
sangat klise tapi untuk kata yang bernama cinta terkadang apapun yang tak masuk
diakal pun akan seketika dimengerti hati.
Disini. Disudut hati yang sama. Menunggu hati yang tak
kunjung tergapai nyata. Penantian yang tak tahu kapan berujungnya. Bersama
bulan dan bintang saat malam tiba, berdansa dan bernyanyi bersama mereka.
Bersama kupu-kupu, hembusan angin, ilalang, bunga-bunga indah dan terik
matahari, berangan indah menggapai setiap sudut hatinya dan menyentuh setiap
sudut cintanya. Bersama matahari indah dikala senja, menatap bayangan semunya
yang akan hilang tak terlihat saat matahari berganti menjadi bulan. Tak pernah
lagi sosoknya singgah disini menemaniku semenjak keputusannya untuk pergi dan
takkan pernah kembali lagi ketempat ini. Tak mampu lagi tanganku ini menahannya
hingga yang terlihat hanya siluet tubuhnya yang kemudian hilang terbawa jarak.
Menangispun tak kunjung mampu membawamu kembali lagi. Dan mungkin Tuhan memang
sudah tak mengijinkannya. Tapi Tuhan tak pernah mempertemukan lalu memisahkan 2
orang tanpa alasan dan sebab.
Dan sekarang, untuk siapa dan apa aku menantipun aku tak
tahu. Bagaimana caranya pun aku berbisik pada angin untuk menyampaikan pesanku
pun aku tak tahu. Kapan pesanku sampai atau apakah pesanku sudah terdengar pun
aku tak tahu. Lelah pun menghantam semua sel-sel dalam tubuhku hingga aku tak
mampu menopang lagi tubuhku sendiri. Terlalu kejam dan ironi untuk hati yang
sudah tertata rapi kemudian dengan semena-menanya kau hancurkan dan kau
tinggalkan begitu saja. Ini bukan menjadi alasan kau mengasihaniku, karena
cinta yang tulus tak pernah sia-sia. Aku mencintaimu, dan kau meragukan setiap
helai tumpukan kasih sayang yang ku berikan. Tak apa, karena ragu pun pasti pernah
menyelimuti tiap hati seseorang.
Disini. Lagi. Disudut hati ini yang berbeda. Aku mulai
berbisik lagi pada angin.
“Angin, tolong sampaikan padanya, aku masih disini lagi. Dengan
hati yang berbeda. Dengan sosok yang siap untuk sama-sama berdansa dan
bernyanyi bersama bulan bintang. Untuk sama-sama berangan tentang masa depan
bersama kupu-kupu, hembusan angin, ilalang, bunga-bunga indah dan terik
matahari. Untuk tetap bergandengan tangan saat senja datang. Sampaikan ini pula
pada sosok disampingku ini. Sosok yang yakin dan tanpa keraguan. Terimakasih
banyak.”
Fan Page Bukune : (http://www.facebook.com/bukunepenerbit)
Tumblr Bukune : (http://bukune.tumblr.com)
0 komentar