Pilihan

by - 03.10


“Hati yang rusak memang mencintai kenangan, walau sadar didalamnya banyak luka dan kekecewaan yang tak pernah sembuh”- Kata Hati @benzbara_

Aku sangat sadar. Sadar sekali bahwa hati ini memang sudah tak sanggup lagi membahagiakan hidupnya. Sadar sekali bahwa tangan ini sudah tak mampu lagi menggenggamnya. Sadar sekali bahwa namaku sudah sama sekali tak terlintas dipikirannya dan sudah bukan rahasia lagi kalau hatinya sudah bersih dari kenangan antara kami berdua. Dan sudah tak ada lagi cerita antara “kita”. Sekeras apapun aku berusaha mendapatkanmu kembali, secepat itu pula dia berusaha pergi jauh dan tak memperdulikan apapun tentang “kita” yang tersisa meski tersisa hanya untukku. Bahkan, dia tak sama sekali memberi kesempatan untuk membuktikan apa yang ingin aku tunjukkan. Kalau ada orang terjahat didunia, harusnya namanya yang ku sebutkan. Tapi entahlah, mungkin tempat yang dia tinggalkan dan masih berantakan ini pun tak kan lagi diperdulikannya. Karena memang ini sudah menjadi urusanku sendiri. Aku yang terlalu berlebihan membiarkan ruangan ini semakin berantakan. Dan akhirnya, aku terlalu repot untuk mengatasinya sendirian. Sudah setengah tertata rapi, kemudian berantakan lagi layaknya kapal pecah. Iya, aku lagi yang buat itu berantakan. Tak ada yang perlu dipersalahkan untuk hal ini, karena memang aku yang selalu berlebihan dan tak sungguh-sungguh untuk membereskannya.

“kalau satu menit saja aku bisa langsung mencintaimu, mengapa dengan satu detik saja aku tak mampu melupakanmu?”

Sampai pada suatu ketika, datang seseorang yang menawarkan jasanya untuk membersihkan ruangan ini yang masih saja kubiarkan berantakan setelah saat itu ku coba membereskannya sendiri dan ternyata gagal. Tapi tak pernah berlangsung lama, mereka yang menawarkan jasanya itu malah kewalahan sendiri dan menyerah kemudian. Dan sepertinya aku yang jahat dan tak pernah membiarkan mereka membereskannya tapi malah membuat mereka bosan karena saat membersihkannya pun aku masih saja mengingat hal terkecil yang terkesan aku tak pernah mau dibantu membereskan ruangan itu.

Dan akhirnya, aku kembali lagi bersama kenangan dan masa lalu itu. Sendiri terdiam dan tak lagi berniat untuk membereskannya. Membiarkan waktu terbuang sia-sia. Tak menghiraukan debu yang semakin lama semakin menebal. Aku mulai lagi terbuai dengan segala fantasi masa lalu ku bersamanya yang sebenarnya tak banyak dibandingkan dengan sakit yang ditinggalkannya. Aku mulai lagi menyayanginya disudut gelap. Aku mulai lagi menikmati keindahannya dari ruang berantakan ini. Tapi sekali lagi, aku menangis dan dengan sendirinya membereskan tempat ini dengan sisa rasa percaya, dia takkan pernah kembali dan takkan pernah mau membantuku membereskan ruang yang lama ditinggalkannya. Sedikit lebih rapi meski hanya dihilangkan debunya.

“ketika ia pergi sambil mengucapkan, terimakasih dan selamat tinggal. Itu artinya, tidak akan ada lagi kita”

Kali ini seseorang datang lagi menawarkan ketulusannya. Ku kira ini akan sama seperti yang lalu. Seketika menyerah dan berlalu begitu saja. Tapi entah mengapa lagi, aku ingin dia tetap bertahan tanpa keraguan, maka tak ku biarkan dia melihat ruangan berantakan yang tak sempat ku bereskan. Ku tutup ruangan itu tak adapun yang tau. Ku tempatkan dia bukan ditempatku yang berantakan. Kuberikan dia ditempat baru. Tempat yang masih kosong, yang terserah sesuka tingkahnya mau dia apakan. Tapi seiring waktu berlalu, dia tahu semuanya tanpa ku tahu sebanyak apa dia tahu dan menemukan ruangan berantakan itu. Aku lebih senang, kalau dia mengetahui semuanya lewat aku. Aku jahat lagi ya? Iya. Aku jahat. Maaf ya.
Aku kira dia akan menyerah setelah tahu itu. Tapi aku tak tahu dia menyerah atau tidak. Dia sempat merubah posisi ku dihatinya. Menjelaskan sebenarnya hubungan apa yang kita jalani. Dan sebenarnya, aku kecewa. Aku kecewa karena dari awal aku yakin dia tak seperti yang lain. Tapi dengan semua yang dia isyaratkan, sepertinya dia memang menyerah dan aku tak punya daya untuk menahannya. Dia pergi. Menghilang. Aku yang tak menahannya.

Tapi kemudian dia kembali lagi. Entah menempatkan ku ketempat yang dahulu sebelum dia mengetahui ruangan berantakan dihatiku atau ini hanya tipu dayanya untuk tiba-tiba menghilang. Tapi yang harus dia tahu, dia masih diruangannya yang dulu. Dan aku, juga masih berusaha membersihkan ruangan sebelah yang berantakan itu. Sendirian untuk kali ini. Dan untuk yang terakhir itu, jangan sampai dia tau. Bukan plin-plan, tapi nanti, dia terlalu repot untuk membantuku membersihkannya.

“Akan selalu ada salah satu dari tujuh warna pelangi yang menjadi favouritemu, meski dengan tujuh warna lebih indah”.

You May Also Like

0 komentar