Jum’at ramai di Jakarta

by - 17.05

Hari ini memang hari jum’at. Dimana kebanyakan orang menantikan hari ini dimana dari hari senin mereka berbanting tulang dan bercucuran keringat (meskipun mereka bekerja di tempat ber-AC) untuk bisa menghidupi kehidupan mereka. Sama seperti aku, aku juga menantikan hari ini. Setelah dari senin hingga jum’at tadi pagi bangun sebelum subuh untuk bersiap-siap melakukan aktivitas, bergelut dengan orang-orang di transportasi umum yang juga ingin melakukan aktivitasnya masing-masing, menanti busway, menanti metromini, belum lagi berlari-larian megejar waktu agar tidak telat sampai kantor, setelah itu belum selesai lagi masih juga harus pulang disore hari, kembali lagi bergelut dengan orang-orang di transportasi umum yang juga ingin kembali kerumah masing-masing, menanti busway, menanti metromini, belum lagi berlari-larian megejar waktu agar bisa sampai rumah dan beristirahat. 

Seperti hari ini, di hari jum’at ini, aku pulang tepat waktu karena aku ingin sampai rumah secepatnya, mencium tangan dan pipi ibu lalu makan masakan ibu kemudian merebahkan tubuh di atas kasur kesayangan. Tapi ternyata perjalanan pulang kali ini terasa sangat panjang dari biasanya. Aku memang sudah biasa dengan perjalanan pulang kantor yang amat panjang tapi entah kenapa hari ini terasa panjang dan melelahkan. Mungkin karena saat aku di busway aku tidak tertidur. Iya biasanya aku memang tidur di busway posisi paling menyenangkan ya tepat di belakang pramudi.

Sampai di busway aku mendapatkan tempat duduk, aku terdiam sambil melamun karena tidak bisa tidur. Macet sudah pasti, padahal jalanan dari kantorku untuk aku transit berpindah busway lagi bukan merupakan jalur macet parah. Busway sangat ramai sekali, ramai dengan anak-anak yang entah selesai melakukan aktivitas apa bersama orang tua mereka. Busway yang biasanya sepi dengan dipenuhi wajah-wajah penuh lelah tapi kali ini busway menjadi seperti arena bermain anak-anak. Ramai sekali.

Setelah sampai di tempat transit yang ku tuju, aku mulai mengantri kembali menunggu busway ke arah kp. Rambutan. “Waduh ramai sekali” aku sepertinya hilang harapan untuk bisa cepat sampai rumah. Cepat-cepat mencium tangan ibu dan pipi ibu kemudian makan masakan ibu lalu merebahkan tubuhku dikasur.



Lama sekali dan antrian makin panjang. Aku tahu, Jakarta memang selalu macet. Pasti buswaynya pun kena macet. Setelah menunggu cukup lama, busway datang dan aku masuk kesana. Ketika pagi, berdesakkan dengan orang-orang yang memiliki harum parfum yang tak sama. Parfum mereka bercampur satu sama lain, suasananya seperti sedang berada di dalam toko minyak wangi kemudian pemilik toko sedang bereksperimen untuk mencampurkan tiap minyak wanginya sehingga semerbak harumnya memenuhi ruangan. Tapi beda pada tiap sore harinya, minyak wangi yang mereka gunakan telah habis harumnya atau malah harumnya masih ada namun sudah bercampur dengan natrium klorida dari kelenjar keringat mereka.

Masih lama sekali, aku untuk sampai rumah. Busway yang ku tumpangi terhenti tak jalan karena macet. Mobil dan motor sudah bersliweran tidak jelas. Iya, aku tau mereka juga ingin cepat sampai rumah, mencium tangan ibu dan pipi ibu mereka, memakan masakan ibu mereka, dan kemudian berbaring di kasur kesayangan mereka.

Di busway ini aku tidak mendapatkan tempat duduk akhirnya aku berdiri menahan segala lelah aku rasanya ingin bergelayutan di pegangan busway tapi busway kali ini sangat ramai. Ditengah lamunanku untuk tiba-tiba aku bisa terbang dan sampai rumah, terdengar sayup-sayup nada merdu yang terdengar dari radio busway.

“Tiada lagi yang kuharapkan, tiada lagi yang kuimpikan
Biar aku sendiri tanpa dirimu
Tiada lagi kata cintaku, tak 'kan lagi 'ku bersamamu
Biar kusimpan semua kenanganku bersamamu”

Ah lagu lawas yang masih enak didengar, bersenandung kecil dengan hapalan lirik seadanya aku mengikuti si penyanyi di radio. Mengeluh, berkesal ria, rasanya tak ada gunanya. Aku hanya ingin satu, ingin cepat sampai rumah, mencium tangan ibu dan pipi ibu, memakan masakan ibu, kemudian merebahkan tubuhku diatas kasur.

Tapi jalanan di hari jum’at ini ramai sekali, padat sekali dan menjengkelkan sekali.
Dan, akhirnya setelah transit beberapa halte dan beralih menggunakan angkot untuk sampai rumah, masih saja kena macet dan terjebak dikepadatan mobil juga motor, dan akhirnya aku pun sampai rumah.

Akhirnya sampai juga aku mencium tangan ibu dan pipi ibu, memakan masakan ibu yang sudah beliau pamerkan sejak ditelphone ditengah perjalananku pulang, kemudian merebahkan tubuhku di atas kasur kesayanganku.

Selamat malam Jakarta dihari Jum’at.

You May Also Like

0 komentar